Kabargolkar.com - Anggota Komisi I DPR RI Dave Akbarshah Fikarno mendukung momentum Inter-Parliamentary Union (IPU) ke-144 menjadi sarana untuk mendesak penghentian invasi Rusia ke Ukraina melalui jalur-jalur diplomasi. Sebab, Indonesia sudah menegaskan diri sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 untuk menolak penjajahan di seluruh dunia dan menjadikan perdamaian adalah hak segala bangsa.
“Kami terus mendorong agar upaya perdamaian di Ukraina melalui semua forum yang dimiliki, yang kita dapatkan akses. Apakah itu di UN (United Nations), IPU atau forum-forum multilateral atau bilateral lainnya. Untuk mendesak agar dihentikan pertempuran ini, sehingga perdamaian di dunia kembali terjadi,” pinta Dave saat diwawancarai Parlementaria, Rabu 2 Maret 2022.
Untuk informasi, Indonesia akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan IPU ke-144 di Nusa Dua, Bali, pada 20-24 Maret 2022 mendatang. Forum tersebut akan dihadiri oleh 1.000-1.500 peserta, yang berasal dari 179 negara atau pimpinan parlemen bersama delegasinya. Per 2 Maret 2023, para delegasi yang berasal dari 87 negara terkonfirmasi akan hadir dalam acara IPU ini.
Di sisi lain, Dave menjelaskan upaya perdamaian melalui jalur diplomasi itu perlu dihadirkan untuk menjamin kestabilan, khususnya sektor ekonomi dan perdagangan dunia. Saat ini, mungkin belum terasa, tetapi dalam waktu tidak begitu lama akan cukup terasa bagi perekonomian Indonesia. Hal itu karena Indonesia dengan Rusia dan Ukraina terlibat dalam perdagangan bilateral satu sama lain, baik komoditas seperti gandum maupun industri peralatan perang dari Rusia.
“Jadi dampak ini yang harus segera ditangani. Pemerintah juga harus menyiapkan contingency plan-nya bila berhenti sumber daya dari negara penyuplai tersebut, harus dicari penggantinya,” kata Anggota Fraksi Partai Golkar DPR RI ini.
Jika suplainya menurun, sementara permintaan dari beberapa negara termasuk Indonesia semakin meningkat, maka akan berefek kepada harga internasional yang ikut meningkat. “Jadi harus dipikirkan makro dan mikro ekonomi Indonesia. Dan juga harus diperhatikan dari awal sehingga tidak ada inflasi yang bergejolak, tidak terkontrol,” ujar legislator dapil Jawa Barat VIII tersebut.
Menurut data Kementerian Perdagangan (Kemendag), perdagangan Indonesia dengan Rusia berjumlah 2,75 miliar dollar AS pada 2021. Angka tersebut tumbuh 42,25 persen dibanding 2020 yang hanya 1,93 miliar dollar AS, sekaligus menjadi capaian tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Nilai ekspor Indonesia ke Rusia pun tumbuh 53,42 persen menjadi 1,49 miliar dollar AS sepanjang 2021 dibanding tahun sebelumnya. Semuanya merupakan komoditas non-migas.
Sedangkan impor Indonesia dari Negeri Beruang Merah tumbuh 30,89 persen menjadi 1,25 miliar dollar AS sepanjang 2021 dari tahun sebelumnya. Rinciannya, impor migas senilai 44,87 juta dollar AS dan impor non-migas mencapai 1,21 miliar dollar AS. Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia dengan Rusia mencatat surplus 239,79 juta dollar AS pada 2021. Capaian tersebut lebih baik dibanding 2020, Indonesia mengalami defisit 340,38 juta dollar AS. (tempo.co)